Naik getek ketanjung barat
Suatu bentuk hidup alamiah yang mulai berkarat
Di mana seorang bayi merah pernah lahir dari sepinya
rimba-rimbamu
Dari kuping bayiku
Kudengar nafas kelanjutan perjalanan
Ibuku lari pak
getek.., pak getek .., ibuku lari
Kau hanya diam dan menyebrangkan orang-orang
Dengan tarikan tali-tali yang kau ikatkan dengan pohon
besar
Nafasmu tidak pernah teratur seperti gelombang tali
Selalu menawarkan rahasia
Airmu merambah tubuhku
Mencuci kaki kecilku
Menghidupkan kegelisahan orang-orang
Ketika tujuh anak tujuh tahun mati
Katamu;
Pak catam… pak
catam… anakmu lahir
Seorang perempuan
dengan pedang matahari dimatannya
Pak catam.. pak
catam.. anakmu lahir
Pak catam diam
Menghitung rintik
hujan yang melukai daun pisang mudannya
Istinya lari dijemput seseorang lelaki muda di ujung
sungai
Bibirnya kaku
Sorot matamu penuh warna ketakutan
Katamu lagi;
Pak catam.. pak
catam.. istrimu lari
Jangan tunjukan
bedil dan pisaumu
Kemana lagi kau mau
berperang
Takutkah kau kehilangan perempuanmu
Sungai ciliwung mengental
Tubuhnya makin coklat
Seratus prajurit melahirkan bayi-bayi baru
Meninggalkannya pagi-pagi
Tengan malam perempuan-perempuan tua
Meminjamkan putingnya
Pak catam.. pak
catam.. anakmu sudah besar
Apa pangkatmu
sekarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar